Friday, December 12, 2008

Re: berpikir kreatif, diskusi SEM, filsafat riset (psikometrik, sosiometrik dan ekonometrik)

Re: diskusi SEM, filsafat riset (psikometrik, sosiometrik dan ekonometrik)

Hi guys,

Ada yang menyatakan bahwa banyak model di berbagai jurnal akademis diragukan ke validitasannya, terutama kemampuan dan keterbatasan generalisasi. Contoh, dalam ilmu psikometrik, telah ditunjukkan, yaitu, apabila 1 latent variable hanya mampu dijelaskan oleh 2 measures (kurang dari 4 measures).

Secara umum, psikometrician, yang umumnya menggunakan perceived data, terapkan "clasical theory" (an over-identified model, degrees of freedom must be positive, etc... sehingga, mensyaratkan 4 measures untuk 1 latent variable).

Untuk menjamin itu, beberapa PhD candidates (lama) yang pro-psikometrian (Nunnaly, dst) , menggunakan teknik eksplorative (focus group, pre- (pilot) testing, expert judgment (panel), grounded theory, literature review studies, personal communication, etc.) a.l. untuk mengantisipasi dan menjawab keraguan atas validitas model, dst. Ini sebenarnya cuma satu (beberapa)dari sekian (banyak) cara (jurus) yang biasa (telah) dipakai, namun masih dapat dipertanyakan (keandalannya). Beberapa umumnya memakai focus group dan pre-testing (bagi yang tidak yakin penuh dengan struktur persoalan yang akan diinvestigasi). Ada yang memakai expert panel (untuk menambah keyakinan content validity), atau lebih spesialisasi ke grounded theory study (untuk mencari sesuatu [variabel] yang baru).

(Belakangan) diketahui ini bukan (cara satu-satunya) yang paling robust (dapat diandalkan) dan mungkin akan menjadi kurang tepat (tidak sepenuhnya salah) melalui proses riset ini apabila sang peneliti telah kenal betul medan area tempur (baca: riset), potensi variable pengamatan, dan expected results.

Pertama, pendekatan tersebut pun terbukti tidak menjamin selalu berhasil menghasilkan model yang robust (stabil), dan chi-square p value dari model (SEM) yang dikembangkan dan di test pun dapat tidak significant, artinya (sebenarnya) model yang diajukan itu hanya perkiraan saja untuk menjelaskan (sebagian) fenomena; sedangkan fenomena penting yang terkait (ber-asosiasi) di luar model (pertanyaan penelitian), (sesungguhnya), belumlah terungkap atau diungkap, atau belum diinvestigasi lebih lanjut, sampai ke akar persoalan (mungkinkah?).

Kedua, pemahaman tentang riset, sebenarnya tidak harus dimulai dari pendekatan kualitatif- kuantitatif- kualitatif (pola [penyerangan]klasik 1-2-1) yang dipakai PhD candidate tempo dulu, namun peneliti dapat bermain di pola 2-2-1. Kok bisa?

Sekalipun bukan seorang professor, ada saja manusia normal namun apabila kritis, mau belajar secara penuh dan dalam, dan terus mengasah logika, dan mampu keluar dari jebakan off-side, dan perangkap gelar (PhD maupun professor?), (akan) sampai pada titik simpulan, bahwa seorang psikometrik tulen harus (berubah) berpikir (bisa bermain) seperti seorang sociometrik dan ekonometrik sekaligus, karena SEM itu sebenarnya gabungan ilmu psikometrik, sosiometrik dan ekonometrik (dipaparkan, antara lain, oleh Bollen).

Pengembangan jurus "bela diri" atau "pola penyerangan" sociometrik telah berada (berani) pada simpulan (mengembangkan pola) 2-2-1, bahwa model yang valid itu adalah, antara lain, dan terutama, hasil dari longitudinal study (diuji dalam berbagai kurun waktu, tidak (hanya) satu titik pengamatan dalam satu periode tertentu).

Kalau seseorang psikometrik mau meminjam jurus (atau belajar dari) sociometrik, maka cara eksplorative study dipastikan bukan lah satu-satunya cara yang lebih robust (appropriate), bahkan mungkin akan semakin terlihat titik lemahnya (kok bisa?).

Sesungguhnya, seseorang bisa lakukan (colaborative study), building block study, dengan meminta (meminjam)data lampau untuk diuji secara bersama-sama dengan data sekarang atau diamati secara bersama sama dengan teknik analisa multi-sample SEM, tahun t1, t2, dst. Ini akan membuktikan apakah model tahun lama yang dipublikasikan di dalam jurnal itu masih relevan (baca: valid?), dengan zaman sekarang (t2, misalnya)? Selanjutnya, apa yang harus dilakukan ke depan atau dalam riset saat ini?

Ini membuktikan bahwa pola penyerangan, tidak harus bertumpu pada teknik 1-2-1, namun bisa 2-2-1, bahkan variasi "nakal" (diluar perkiraan) lainnya, sekalipun. Ini yang disebut berpikir kreatif (mengembangkan pola permainan, bukan mempertahankan pola lama, yang sudah mulai terlihat titik lemah. Sesungguhnya berpikir kreatif adalah milik semua orang tanpa mengenal jabatan, gelar, pangkat, dst... dan akan sangat menentukan kualitas/mutu permainan (riset) yang disuguhkan, selama 2x 45 menit permainan dan perpanjangan waktu (meminjam istilah sepak bola).

Tidak heran, ada hasil riset (bahkan non-gelar sekalipun pun) bisa sampai tembus ke pentas gelanggang dunia (international conference). Itu bukan karena pola 1-2-1, namun kreativitas pola yang dikembangkan, berpikir "out of box", diluar pemikiran rata-rata, bahkan di luar pemikiran rata-rata para PhD dan profesor sekalipun. Apa mungkin?

Mari kita lihat dan semakin tunjukkan kemungkinan ini.

Ekonometrician percaya bahwa model yang jauh lebih valid adalah, antara lain, hasil dari pengolahan sumber data yang aktual, karena persepsi (didefinisikan) tidak sama dengan data aktual.

Kalau seseorang psikometrik mau juga meminjam (belajar) jurus dan pola pikir (gaya permainan) orang ekonometrik, maka latent structural modelling bukanlah satu-satunya cara yang "diagungkan" (lebih robust). Karenanya, lebih populer nama SEM daripada latent modelling (untuk memberikan kesempatan pada aliran ekonometrician lebih mengenal dan "mengobrak-abrik" keistimewaan SEM). Cara alternatif diluar kelaziman yang dapat dipakai adalah mengkombinasikan perceived and actual data, (bahkan) dengan bermain dalam pola tempo tinggi, 2-2-1, 2-2-2, s.d. 2-2-2-2 yang tak pernah berhenti dan terputus (kontinu). Sehingga tepatlah belajar itu tidak pernah berkesudahan.

Tumpal

No comments: